Perbincangan yang sangat hangat dan khidmat antara Grand Syaikh al-Azhar Prof. Dr. Ahmad ath-Thayyib dengan Prof. Dr. KH. Said Aqil di PBNU, (02/05/18). Kiai Said bicara tentang NU dan Islam Nusantara. Grand Syaikh menanggapi pernyataan-pernyataan Kiai Said dengan sangat santun, kritiknya sangat indah. Pandangan moderasinya sangat tampak.
“Saya jujur sangat bangga dan senang dengan peran yang sudah dilakukan oleh NU selama ini, khususnya dalam mengukuhkan moderasi Islam dan mengatasi problem ekstremisme. Saya berharap NU terdepan dalam mewujudkan persatuan sesama umat Islam, karena hal ini mendesak bagi kita semua,” ujar Syaikh Ahmad ath-Tayyib di hadapan para ulama NU.
Sebagai komitmen al-Azhar terhadap peran-peran yang sudah dilakukan oleh NU, maka ia berjanji akan memberikan beasiswa kepada NU. “Saya sediakan 80 beasiswa bagi NU. Beasiswa ini tidak hanya untuk belajar ilmu-ilmu Syariah di al-Azhar, melainkan juga belajar ilmu-limu umum, sehingga kita juga mempunyai ilmuan yang tangguh, disamping ilmu-ilmu Syariah,” tegas sosok yang sangat menikmati humor-humor khas NU.
Lebih dari itu, Grand Syaikh al-Azhar menawarkan sejumlah program bagi NU untuk mengirimkan para kiai untuk belajar dakwah yang moderat dan metodologi berfatwa untuk belajar langsung di Mesir selama 2 bulan. Al-Azhar juga siap untuk mengirimkan guru-guru untuk mengajar bahasa Arab di pesantren-pesantren NU.
Beberapa pandangan moderasi Grand Syaikh al-Azhar antara lain:
- Agama ini datang dan turun di masyarakat Arab. Dibawa oleh orang Arab yang menjadi utusan Allah, bernama Muhammad. Kita tidak menjadi mukmin tanpa percaya kepada beliau.
- Kita kaum muslimin harus bersatu, tidak boleh bermusuhan dan bercerai-berai.
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu bertengkar yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
- Kami menganut pandangan Ahlussunah wal Jamaah Asy’ariyah yang mengatakan:
ندين بأن لا نكفر أحدا من أهل القبلة بذنب يرتكبه؛
“Kami tak mengkafirkan siapapun yang masih salat menghadap kiblat, meski dia melakukan dosa besar, sepanjang dia tidak menganggap/menghukumi halal perbuatan dosa besar itu.”
- Kita tidak boleh fanatik atas pandangan kita, dengan menganggap hanya dirinyalah yang benar, sedang orang lain sepenuhnya salah.
- Kita harus mencari hal-hal yang sama, bukan mencari-cari hal-hal yang berbeda.
- Kita tidak boleh menggeneralisasi keburukan seseorang atau sebagian orang dari suatu golongan sebagai keburukan semua orang dalam golongan itu. Pada setiap golongan ada orang-orang yang punya pandangan berbeda. Termasuk di Sunni juga.
(Ringkasan KH. Husein Muhammad/Syaroni As-Samfuriy)