Slawi_NU Tegal-
Paham radikalisme yang mempropagandakan kekerasan untuk mengganti ideologi Pancasila di Indonesia merupakan ancaman serius. Apalagi propaganda tersebut hingga kini masih disebarkan secara masif melalui jaringan teknologi informasi, yang mampu menjangkau berbagai kelompok masyarakat.
Demikian rangkuman diskusi bertema Pemantapan Ketahanan Ekonomi, Sosial dan Budaya Bagi Masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Tengah, baru-baru ini, bertempat di Aula Rumah Makan New Edna di Desa Dukuhwringin Kecamatan Slawi, Kab. Tegal.
Hadir sebagai narasumber pada kegiatan itu antara lain; Fuad Hidayat (Anggota DPRD Jawa Tengah), H. Akhmad Farkhan (Kepala Kantor Kemenag Kab Tegal), KH. Nawawi Azhari (Rois Syuriah PCNU Kab. Tegal), Abdul Aziz (Staf Ahli DPR RI), dan Khamami dari Kantor Kesbangpol Kab. Tegal.
Pada kesempatan tersebut, Fuad Hidayat menyoroti tentang pentingnya menjaga semangat persatuan dan kerukunan segenap elemen bangsa Indonesia. Dia mengatakan, isu-isu terkait radikalisme merupakan upaya jahat untuk memecah belah kemajemukan masyarakat Indonesia.
“Kita bisa merdeka menjadi sebuah bangsa karena bisa menyatukan beragam suku dan budaya yang ada di Nusantara. Jika kemudian sekarang terus bermunculan upaya memecah belah dengan cara menyebarkan faham radikal maka ini adalah bentuk kejahatan yang harus kita hadapi bersama,” ujar dia.
Senada dengan itu, Kepala Kantor Kemenag Kab Tegal, H. Akhmad Farkhan menyatakan, pihaknya saat ini sudah melakukan upaya mencegah penyebaran faham radikal melalui program moderasi beragama. Program ini bukan hanya menyasar para pegawai di lingkungan Kemenag, tapi juga menjangkau masyarakat luas.
“Kami secara serius terus mengupayakan budaya rukun melalui slogan Tegal Toleransi. Bahkan kami juga membuat lagu tegalan berjudul Tegal Toleransi sebagai upaya mensosialisasikan gagasan moderasi beragama dan membangun semangat kerukunan antar umat beragama, khususnya di Kabupaten Tegal,” ungkap H. Farkhan.
Di sisi lain, Rois Syuriah PCNU Kab. Tegal KH. Nawawi Azhari menambahkan, gagasan Islam Wasathiyah yang dianut oleh warga Nahdlatul Ulama (NU) dari dulu hingga kini merupakan wujud nyata dari spirit moderasi beragama. Ulama-ulama NU, kata Kyai Nawawi, memiliki landasan atau hujjah fiqih terkait bagaimana hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia.
“Sudah dari sejak dahulu NU bersikap tegas terhadap keberadaan NKRI yang berfalsafah Bhineka Tunggal Ika. Makanya sampai saat ini keluarga besar NU menentang faham radikalisme yang berupaya merongrong persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. NU akan melawan dengan keras terhadap pihak-pihak yang hendak mengganti ideologi negara dengan ideologi selain Pancasila,”ungkap Kyai Nawawi.
Pernyataan tersebut juga diamini oleh Abdul Aziz yang menjadi narasumber mewakili Staf Ahli DPR RI. “Radikalisme di Indonesia ada beberapa tingkatan. Ada yang sebatas radikal pada pemikiran atau gagasan. Ada pula yang radikal pada sikap dan perbuatan, serta melakukan gerakan makar dan aksi teror,” ujar Abdul Aziz. ***
Pewarta : M. Shafei Pahlevie