GARUT – Selasa 08 Mei 2018 bertempat di Lapangan Apel Polres Garut Jl. Sudirman Kec. Karangpawitan Kab. Garut, telah dilaksanakan Tabligh Akbar dengan penceramah Maulana Habib Lutfi Bin Yahya. Kegiatan tersebut dalam rangka mewujudkan Pemilukada 2018 berjalan aman dan damai. Bertindak selaku penanggung jawab kegiatan Kompol Gotam Hidayat, S.I.K,M.Si (Kasatgas Nusantara Polres Garut).
Setelah pembacaan ayat suci Alquran para hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dilanjut pembacaan sholawat oleh grup marawis al-Halim dan sambutan-sambutan atas nama Plt. Bupati Garut serta Kapolda Jabar. Tak lupa para hadirin menyanyikan lagu Syubbanul Wathon.
Pukul 16.00 WIB Kakor Binmas, Kapolda Jabar beserta PJU Polda Jabar dan Habib Luthfi Bin Yahya tiba di Mapolres Garut disambut langsung oleh Kapolres Garut beserta PJU Polres Garut. Pukul 16.30 WIB dilanjutkan dengan mau’dzah hasanah dari Habib Luthfi Bin Yahya.
Habib Luthfi Bin Yahya menekankan tanggung jawab regenarasi muda untuk menyongsong ke depan memerlukan pembekalan-pembekalan sejauh mana mengenal bangsa dan negara ini. “Pengertian isi dari Alquran sangat universal. Untuk mengurai isi Alquran diperlukan individu/seseorang yang paham yang bisa membedakan hak dan kewajiban,” terangnya.
Di dalam Alquran, lanjut Habib Luthfi, tidak melupakan sejarah. Dalam Islam bukti sejarah sangat berharga. Jika ditelaah dalam Alquran Allah Swt. mengangkat nama Surat dengan nama Nabiyullah, Rasulullah Saw., bahkan sahabat Rasulullah Saw. dan hambaNya yang saleh contohnya Ashabul Kahfi. “Karena itu suatu Bangsa akan besar jika memperhatikan dan tidak lupa akan sejarah atau tidak buta sejarah!” tegas Rais Am JATMAN.
Banyak kalangan yang salah paham dalam mengartikan jihad, baik dalam definisi maupun dalam pelaksanaan. Hal paling mendasar yang perlu dipahami adalah berjuang dalam lingkup terkecil, yakni keluarga, utamanya berjuang untuk kebaikan orang tua. Setelah itu baru mengartikan jihad dalam arti yang luas.
Sejarah para ulama dahulu menyebarkan syiar dakwah di Indonesia sangat penuh dengan tantangan dan hambatan. Bahkan turut dalam perjuangan melawan penjajah, tidak semudah saat ini. Sebagai warga muslim dengan dasar kehidupan disiplin dalam Islam sebagaimana contoh disiplinnya Rasulallah Saw., kita warga Muslim yang lahir hidup di NKRI harus benar-benar mempunyai rasa Nasionalisme dan memiliki NKRI.
Seyogyanya saat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya Tanah Airku itu bukan sekadar basa-basi, akan tetapi Harga Mati!
Ancaman perpecahan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang berdaulat sudah di depan mata. Perbedaan cara pandang akibat perbedaan pilihan seperti pilkada, selalu menjadi alasan klasik untuk menghancurkan sebuah bangsa. “Saya tidak prihatin partai banyak, tapi justru prihatin kalau bangsa berpecah belah, kaya tumpeng (nasi) mau dibelah jadi berapa, mau jadi 6, jadi 9 mau jadi berapa,” paparnya.
Ia mencontohkan, adanya falsafah hidup bangsa Pancasila yang dirumuskan seluruh tokoh bangsa baik Muslim atau pun non-Muslim, memberikan banyak pelajaran pentingnya menghormati keberagaman dalam satu bingkai negara NKRI. “Dan ingat peran auliya (wali) dan pahlawan itu besar sekali, meskipun jasadnya telah meninggal namun peran mereka tetap terjaga,” tuturnya.
Habib Luthfi Bin Yahya menilai, keutuhan NKRI selama ini merupakan buah kuatnya persatuan yang tetap dipertahankan rakyat. Kalau satu bangsa dipukul dari depan sudah tidak mempan maka salah satu caranya dirusak dari dalam.
Apapun golongan atau kelompok yang anti Pancasila dan NKRI harus menjadi perhatian serius. Walaupun golongan atau kelompok tersebut telah dinyatakan terlarang dan dibubarkan oleh keputusan Pemerintah akan tetapi harus benar-benar diwaspadai keberadaan dan cikal-bakal benih ideologinya. Karena ideologi melekat di hati bukan di baju.
“Umat Islam harus bersatu dalam persatuan yang kokoh. Waspadalah terhadap upaya penghancuran dengan politik adu domba yakni dibenturkan antarpihak dan golongan.” Tutur ulama kharismatik asal Pekalongan tersebut.
Hadir dalam kesempatan tersebut Kakor Binmas IrjenPol. Arkian Lubis, Kapolda Jabar IrjenPol. Drs. Agung Budi Maryoto, M.Si, Waka Polda Jabar, Dir Binmas Polda Jabar beserta PJU Polda Jabar, Kapolres Garut beserta PJU Polres Garut, Danrem 062 TN, Unsur Muspida dan Yonif 303 Raider, Kasubden 4 Brimob Polda Jabar, para Kapolsek, jajaran Polres Garut, para Danramil 0611, para pimpinan pondok pesantren se-Garut, imam besar Masjid Agung, perwakilan toga, tomas, ormas, para pengurus Bhayangkari, Banser,FKPM serta warga masyarakat yang seluruhnya berjumlah 8.000 orang. (Syaroni As-Samfuriy)