KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gus Dur didaulat memberi Orasi Ilmiah pada Peresmian Kampus Universitas Yudharta, Pasuruan, Jawa Timur pada Senin, 23 Mei 2005 silam.
Dalam ceramah tersebut, di depan para hadirin yang terdiri dari para tokoh lintas agama dan khususnya para kiai, Presiden ke-4 RI itu menjelaskan makna Rahmatan lil Alamin dalam QS. Al-anbiya’:107.
“Tadi kita dengarkan (lantunan) ayat al-Qur’an: ‘wama arsalka illa rahmatan lil alamin,” ungkap Gus Dur. “Di beberapa buah (kitab, ed.) Tafsir, rahmatan (di)situ bukan karunia, tetapi dibaca silaturrahim, persaudaraan,” lanjut Gus Dur.
Kemudian Gus Dur berharap, di tempat dan pertemuan itu terjadi Rahmatan lil Alamin. “Mudah-mudahan, di tempat inilah terjadi persaudaraan di antara sesama umat manusia,” tukas Gus Dur.
Beliau masih melanjutkan: “alamin di sini ay (berarti, ed) basyar, manusia. Bukan kok isinya alam semua, bukan. Tetapi manusia. Persaudaraan diantara sesama manusia. wama arsalka illa rahmatan lil ‘alamin,” terangnya.
“Di sinilah terletak arti daripada lakum dinukum waliyadin, bagi kalian agama kalian, bagiku agamaku (Al-Quran, ed.). Tiap orang berhak mengikuti cara masing-masing,” pungkas Gus Dur.
Dengan demikian, Nabi Muhammad SAW diutus untuk mengayomi seluruh umat manusia semuanya, tak peduli etnis, suku dan apa agamanya.
Islam harus menyejukkan dan menjadi pengayom bagi semuanya, seperti halnya Nabi Muhammad melibatkan semua suku atau klan untuk mengangkat hajar aswad, meski semua telah percaya kepadanya.
Atau ketika beliau menjadi pengayom bagi semua agama dan klan ketika menjadi pemimpin Negara Madinah.
Adapun batasanya, adalah agama masing-masing. Meski berbeda, tetap bisa bersama membangun bangsa. Paham pluralisme yang digagas beliau, adalah hubungan sosial-kemasyarakatan, kenegaraan, bahkan kemanusiaan, bukan soal akidah.
Tafsiran Gus Dur di atas yang mengutip dari kitab-kitab tafsir adalah landasan dalam berperilaku dan berbuat baik kepada siapa saja. Begitu kira-kira pesan ceramah sang guru bangsa. (Ahmad Naufa)