Slawi, NU Tegal
Ketua Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Tegal Ikmilana Dina mengatakan, akan memberntuk badan semi otonom PMII. Badan semi otonom tersebut, nantinya akan menampung minat dan bakat para kader PMII agar memiliki kapasitas, kapabilitas dan kualitas yang mumpuni.
Hal tersebut disampaikan Ikmilana saat Rapat Kerja PC PMII Tegal, di Pendopo Rumah Dinas Bupati Tegal, Jalan KH Wahid Hasyim, Slawi, Ahad (26/2/2023).
Dia menyadari bahwa kebutuhan kader-kader PMII era kini adalah pada penguatan kapasitas. Karena itu pihaknya menyiapkan agenda tersebut melalui progran-program kerja yang tengah digodok melalui forum Rapat Kerja PC PMII Tegal.
“Kami akan mencari format badan semi otonom yang pas untuk menampung bakat dan minat anggota PMII.,” ungkapnya.
Ikmilana juga akan memprogramkan jaringan digital agar untuk mengisi ruang-ruang medsos dengan narasi positif dan produktif. Dia mengaku prihatin dengan banyaknya konten-konten sampah dan hoaks sehingga perlu disikapi dengan memproduksi konten positif di dunia digital.
Kabid Politik Dalam Negeri Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah Sulistiyo Yuli Utomo, berharap PMII membantu pemerintah provinsi dengan membuat para pemuda bersatu, mengenal wawasan kebangsaan dan cinta tanah air.
Ajakan bisa disalurkan lewat Medsos dengan membuat berita yang lebih bersifat positif dan tidak berbau sara. Kontribusi yang positif dari PMII dengan turut menata kepemudaan. Pemerintah, dalam undang-undang kepemudaan diwajibkan membantu kepemudaan, memberi akses permodalan.
Sulis juga menyarankan agar PMII membuat program nyata seperti pemberdayaan pemuda. Termasuk partisipasi aktif dalam pemilu. Anggota PMII bisa berperan dengan mengajak melakukan pendekatan politik, tidak apatis, dan memupuk toleransi.
“Saya yakin, dengan kultur NU, PMII bisa menjadi pioner menjaga toleransi.” harapnya.
Pembina PMII Provinsi Jawa Tengah Fuad Hidayat menceritakan, kalau PMII bisa menjadi ladang mencetak kader. Terbukti, para tokoh nasional banyak berasal dari kader PMII seperti beberapa menteri, anggota dewan, pemimpin perusahaan dan tempat-tempat strategis lainnya.
“Mereka berproses, sejak sebagai kader PMII yang handal. Hasil dari kaderisasi tidak bisa dilihat setahun dua tahun,” kata Fuad Hidayat yang juga pernah aktif di PMII semasa masih kuliah di Undip Semarang.
Kepada seluruh anggota Kader PMII, Fuad mengingatkan agar jangan lelah dalam berproses. Tingkatkan kapasitas dan selalu aktif mendiskusikan tentang keislaman dan keindonesiaan. Harus seimbang dalam menguatkan keduanya. Sebab bila tidak seimbang maka terjadi ketimpangan.
Selain itu, lanjut Fuad, PMII harus menguasai Sosmed. Dia mengungkapkan kalau era sekarang ada diktator baru, yang bernama algoritma digital. Kekuatan digital sangat luar biasa, sudah menjajah kita.
“Di era serba digital saat ini kita harus pandai beradaptasi dengan perubahan di segala bidang, tapi tetap kita harus memelihara nalar kritis. Selain itu, kita harus bisa berinovasi dalam merancang program-program yang berorientasi pada penguatan kapasitas kader,” ujar Fuad.
Penulis: Wasdiun