Slawi_NU Tegal-
Kementerian Telekomunikasi dan Informasi (Kominfo) bekerjasama dengan Komisi 1 DPR RI menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan digital yang dikemas dengan nama Digital Enterpreneurship Academy (DEA), Minggu-Senin (6-7/11) kemarin, di Hall Hotel Grandian, Slawi.
Kegiatan tersebut diikuti puluhan kader-kader muda Nahdlatul Ulama (NU) Kab. Tegal dari perwakilan berbagai macam lembaga dan badan otonom NU. Selain itu, sejumlah orang dari unsur masyarakat lain juga turut menjadi peserta pada pelatihan tersebut.
Salah seorang pengajar atau mentor pelatihan Toto Sudibyo, SE, MM kepada media NU Tegal mengatakan, kegiatan DEA ini terbagi menjadi 2 kelas; yakni kelas Dasar-Dasar Kewirausahaan dan kelas Keuangan Digital. Pengajaran di kedua kelas itu berlangsung secara terpisah.
“Materi dasar dari kelas DEA ini menyangkut masalah etika dalam bermedia sosial. Hal ini penting diajarkan di awal sebelum masuk ke materi pokok pelatihan. Sebab performa seseorang itu bisa dilihat dari cara dia berkomunikasi di media sosial,” ujar Toto Sudibyo yang juga menjadi dosen Program Studi Bisnis Digital pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bhamada Slawi.
Dalam pemaparan materinya, dia menuturkan tentang banyak hal yang bisa dilakukan setiap orang dalam merintis kewirausahaan digital. Apalagi, kata dia, saat ini hampir semua orang selalu memegang smartphone sebagai alat komunikasi. Pada pelatihan ini peserta akan diajarkan tentang upaya optimalisasi penggunaan alat komunikasi handphone untuk berbisnis.
“Siapapun bisa menjadi enterpreneur atau pengusaha jika pandai memanfaatkan fitur-fitur aplikasi yang ada di handphone kita. Bukan hal yang sulit jika kita mau belajar mulai dari hal-hal kecil,” tambah Toto.
Dikatakan dia, saat ini semua orang sudah akrab dengan berbagai aplikasi media sosial seperti Whatsapp, Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, Tiktok dan lain sebagainya. Semua itu memiliki fitur-fitur yang bisa dimanfaatkan sebagai media promosi bisnis dan pemasaran produk komoditas.
“Apa yang kami paparkan dalam pelatihan ini berdasarkan riset. Seperti cara kita membuat konten dan pada waktu kapan konten tersebut bisa diposting secara tepat. Sebab memang masing-masing jenis media sosial memiliki algoritma yang berbeda satu sama lain,” ujarnya.
Sebagai contoh, kata Toto, postingan di WA itu waktu terbaiknya mulai hari Selasa sampai Jumat pada pagi hari hingga sore. Sedangkan posting konten di FB waktu terbaiknya pada hari Sabtu dan Minggu mulai jam 1 siang sampai dengan jam 4 sore. Begitu juga untuk YouTube, Instagram dan lain-lain itu juga memiliki waktu-waktu terbaiknya sendiri.
“Efek yang diharapkan dari hal tersebut tentunya kita akan optimal mendapatkan viewer, selanjutnya mendapat banyak interest dan juga follow up,” pungkas dia.
Yuli Antika Fitriyani, salah seorang peserta perwakilan dari IPPNU mengungkapkan, kegiatan kelas DEA ini sangat membuka cakrawala berfikir baru dalam hal bermedia sosial, khususnya bagaimana kita bisa menggunakan fasilitas media sosial untuk berwirausaha.
“Selama ini kita bermedsos itu ya kebanyakan hanya posting-posting yang tidak ada hubungannya dengan bisnis. Mudah-mudahan setelah ini bisa langsung praktek bisnis melalui sarana media sosial,” ucapnya. ***
Pewarta : M. Shafei Pahlevie