JATINEGARA. MediaNuTegal Sejarah perlu ditulis sebagai saksi hidup peradaban manusia, seperti halnya sejarah ulama NU sebagai cara mengetahaui ajaran, cara, serta cerita perjuangan dalam berdakwah para ulama terutama ulama NU pada jaman dahulu, sejarah juga menulis sisi-sisi kehidupan dan ajaran serta hasil karya pemikiran yang perlu diteladani. Tim redaksi Harokah menelusuri jejak para ulama di tulis dengan versi atau juga perspektif, serta pengumpulan data tertulis mewawancarai tokoh, baik bukti sejarah secara tertulis dan dan tak tertulis, atau benda-benda sejarah sebagai bukti dan tentunya diperkuat kajian pustaka, baik berita dan data online yang diolah sebagai sumber sejarah.
Redaksi (C) Jatinegara MNT pada Edisi 1 ini mengangkat sejarah Ulama NU dimulai dari Desa Penyalahan. Secara umum desa Penyalahan disetiap dukuh ada Mushola dan TPQ atau RW ada masjid jami di setiap RW, Desa Penyalahan di RW makam para tokoh ulama NU, serta adanya tradisi kebudayaan islam secara rutin oleh warga yang masih dilaksanakan sampai hari ini.
Jika menilik sejarah nasional, pada abad 7 M Islam masuk di Nusantara terutama Indonesia, dan abad ke 16 M perkembangan dakwah Islam sampai ke seluruh Indonesia. Sekitar pada abad 18 an masuk di kawasan Tegal Selatan, sebelum Islam masuk, terlebih dahulu berkembang agama Budha dan Hindu sudah berkembang lebih dahulu, dan juga ada kepercayaan dan kejawen. Sampai sekarang tahun berapa pastinya Islam masuk di kawasan kecamatan Jatinegara yang terletak di kabupaten tegal bagian selatan.
Secara geografis Desa Penyalahan daerah pegunungan berbasis pertanian gunung, Desa Penyalahan masuk wilayah kecamatan Jatinegara, kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Jatinegara , Untuk menulis sejarah ulama Nu di desa Penyalahan dengan berbagai sumber baik pengurus NU, tokoh NU kultural , tokoh masyatakat, dan bukti sejarah lainnya. Berikut catatan wawacancara Redaksi Harokah MWCNU Jatinegara tentang sejarah ulama NU Desa Penyalahan.
Desa Penyalahan yang letaknya diperbatasan antara sebelah barat desa Mokaha, sebelah selatan desa Sitail dan Desa Sumbarang, sebelah Timur desa Cerih. Sekitar 20 menit dari pusat kota kecamatan Jatinegara kabupaten Tegal. Wilayah desa Penyalahan dikawasan gunung Selamat. Terlihat tekstur wilayah ada sawah, ladang pegunungan hutan dan dengan jalan naik turun temurun. Mata pencaharian warga desa Penyalahan berbasis pertanian dan ladang, hutan.
Desa penyalahan termasuk basis NU, di desa ini melahirkan tokoh-tokoh NU pada jaman dahulu baik di jaman sebelum Belanda/kolonial atau di jaman kerajaan islam Mataram dan masuk sebelum ada desa.
Pada suatu hari tim Redaksi Harokah MWCNU Jatinegara, awal bingung mulai dari mana menulis dan mengali data sejarah ulama NU desa Penyalahan?. Apakah dari melihat tradisi kebudayaan islam ?. Kawasan ulama NU di Jatinegara menjadi basis perkembangan Islam di Kabupaten Tegal bagian Selatan. Yang unik menarik dikawasan lereng gunung Selamet sebelah utara ini, ternyata pilihan Redaksi Harokah MWCNU Jatinegara penulusuran tokoh ualam NU dengan wawancara, ahirnya memutuskan untuk bersilaturhmi dengan wawancara,
Redaksi MNT (Media NuTegal) berjalan-jalan menelusuri desa Penyalahan Jatinegara , Alkhamdulillah redaksi berhasil mewawancarai dengan pengurus ranting NU desa Penyalahan. Berikut wawacancara bapak H.Busyairi ketua Syuriah ranting NU desa Penyalahan. Menurut ketua Syuriah NU desa Penyalahan, KH. Busyairi, ‘Yang saya tahu sejarah ulama di desa Penyalahan, jika di mulai di Masjid Baituirrohim dari sejarah tokoh ulama NU RW 03 (blok wetan). Setahu saya para ulama dahulu seperti Almarhum Kyai Ajiz, terus sebelumnya almarhum KH. Mughni Masnyur, Alm Kyai Kurdi, Alm, KH.Ambari, Alm, Kyai Hasan, Alm Abu Bakar, Alm. Kyai Mustofa. Ada juga alm. H.Zaenal dukuh Mendek RW 01, Blok tengah RW 02, Mbah Patih itu pendatang, jika lebih dalam tentang mbah Patih, silahkan tanya ustad Jamil (Dukuh Mendek RW 01).
Lanjut KH.Busyairi, ‘Sejarah masjid Baiturrohim sekitar tahun 1961 Panggok, sekitar tahun1973 dipugar oleh pak Syarif salah satu pengurus ta’mir masjid Baiutorohim, dan tahun 2020. Masjid ini digunakan untuk kegiatan pengajian rutin pagi oleh KH.Mughni Mansyur, tapi sekarang pengajian bada subuh, rencana akan digalakan kembali, jelas KH. Busyairi yang pernah menjadi kepala desa Penyalahan.
Kemudian Redaksi Harokah MWCNU Jatinegara melanjutkan penggalian sejarah ulama NU di Penyalahan, RW 03, juga di perkuat oleh Mohammad Mirkon, (Ketua Rijalul Ansor PR Ranting Ansor desa Penyalahan), Mohmmad Mirkon juga salah satu pengurus ta’mir Masjid Baiturrohi. Menurutnya, di jaman kecil saya sekitar 1985-an Masjid ini ada tokoh ulama NU yang disegani, jika ditempat Masjid Baiturrochim ini sudah dari kecil sampai sekarang halaman masjid digunakan untuk kegiatan PHBI (peringatan hari islam). Jika hari hari biasa bermain anak-anak setelah mengaji pada sore hari. Sekarang masih untuk bermain anak-anak, tapi fungsi utama untuk parkir motor dan mobil para jama’ah masjid.
Lanjut Mirkon, Pada zaman Belanda, disekitar kompleks masjid Baiturochim ini digunakan untuk latihan pencak silat, selain itu mengaji tiap hari digunakan untuk sholat lima waktu berjama’ah, dan ngaji setiap habis subuh oleh pengasuh Masjid Tamir Masjid Masjid Baiturrochim. Ada tokoh masyarakat yang disegani dan ditakuti oleh warga sebagai pengawal para kyai, orangnya tegas dan sangat tegas. Hal ini ciri-ciri dari pada ulama disini. Kemungkinan besar, tradisi sifat tegas ulama NU dahulu. Karena ada faktor karakter ulama NU, dipengaruhi era penjajahan kolonial Belanda selama 350 tahun. Sehingga melahirkan orang-orang yang tegas dan keras untuk tujuan kebaikan, sebagai ciri khas ulama jaman dahulu
.
“ Para ulama NU di sini orang tua saya termasuk Alm KH, Muhni Mansyur di Masjid Baiturrochim ini mengkaji kitab kuning, kemudian pengajian rutin, kegiatan-kegiatan, Al Barjanji. Masjid Baiturrochim pada setiap bulan Ramadhan di adakan sholat tarawih-witir dan sholat jumat, sholat jamaah lima waktu, serta peringatan hari besar islam (PHBI) misalnya, Maulid Nabi Muhamma SAW, Idul Adha, Idul fitri. Selain itu tradisi ulama NU juga jamiah Kliwonan dengan keliling warga, pengajian tiap pon, adapun juga pengajian sabtunan keliling mushola wilayah Masjid Baiturrochim atau RW 03 desa Penyalahan. Dikompleks masjid Biturrochim, setiap hari kecuali hari jumat digunakan untuk madrasah tahun 2020, kelas 1 sampai 6 sekitar 79 siswa, jelas Mohammad Mirkon.
Redaksi MNT (Media NuTegal) berjalan ke RW 02 desa Penyalahan, penggalian sejarah ualam NU, berhasil mewawancarai Sofudin, (Ketua Tanfidiyah PR NU desa Penyalahan). Menurut Sofudin, ‘Setahu saya sejarah ulama NU di RW 02 desa Penyalahan, setahu saya ada tokoh ulama NU dulu yang berjuang siar agama, kebeteluan tokoh itu masih canggah, (turun 4 sanad turunan) bernama Kyai Bukhori yang makamnya di RW 02, beliau alm, Kyai Buhkori, juga termasuk tokoh ulama NU pada masa pra jaman Belanda.
“Sekarang saya diamanati sebagai ketua Tanfidyiah NU desa Penyalahan, untuk kegiatan program kerja ranting NU diantaranya; pengajian rutin Sholawat nariyah, kegiatan Koin NU, Santunan anak yatim, pawai obor, pengajian rijalur ansor, serta kegiatan kegiatan masyarakat lainnya serta kegiatan banom NU Muslimat, Ansor, IPNU-IPPNU dan kegiatan masjid dan mushola di masyakrat desa penyalahan.
Kemudian ada program unggulan ranting NU Penyalahan pembangunan gedung ranting NU Penyalahan. NU kami minta dukungan do’a dan bantuan material lainnya kebetulan sedang membangun gedung ranting NU desa Penyalahan dalam tahap pembangunan, agar bisa menjadi tempat untuk kegiatan kegiatan NU, jelas Ustad Sopudin yang juga guru MI desa Penyalahan. Sementara itu Ustad Wahyudin, wakil ketua Syuriah PR NU desa Penyalahan, Setahu saya, ada tokoh kyai Kurdi yang merupakan salah satu guru saya, yang dimakamkan di RW 02, ada bukti sejarah beliau, dan ini penting untuk di catat untuk generasi muda, yang juga kepala sekolah MI desa Penyalahan.
Sementara Mohammad Ali, ketua PR Ansor Penyalahan, setahu saya memang desa Penyalahan banyak tokoh ulama NU yang berjuang, tetapi jika dirunut cerita sejarah ulama tidak begitu tahu secara sempurna. Setahu saya, dahulu ada tokoh Mbah Patih (di makam Sumendek Patih) di RW 01, dukuh mendek, Mbah Patih yang sering di ziaroh warga, dan Kepala desa bapak Khudori selaku pemimpin Pemerintah Desa Penyalahan sudah membangun pagar bangunan makam mbah Patih. Kader-kader Ansor PR Ansor Penyalahan setiap bulan mengadakan pengajian rutin Ngaji Ngopi dan ziaroh kubur ke makam Mbah Patih setiap jumat kliwon bada sholat jumat diikuti oleh tokoh warga, masyarakat dan kader Ansor, jelas Mohammad Ali yang juga perangkat desa Penyalahan.
Redaksi MNT (Media NuTegal) Jatinegara ke wilayah barat melanjutkan perjalanan wawancara ke RW 01 desa Penyalahan, menggali sejarah ulama NU Desa Penyalahan di Rw 01 Desa, bertemu dengan Pahruri (60) tokoh masyarakat. Menurut Pahruri, sejarah ulama NU di RW 01 desa Penyalahan, “Setahu saya, Mbah Patih seorang tokoh ulama, banyak oran bilang Mbah Patih itu orang sakti, kini yang dimakamkan di makam Sumendek Patih. Mbah Fatih salah satu ulama sejarah dan tokoh pada masa lalu, dan menjadi sejarah Islam di desa Penyalahan, konon cerita orang tua dahulu.” kata Pahruri.
“Selain Mbah patih ada 4 orang tokoh ulama di desa Penyalahan yang mengawali babad alas dakwah islam di dukuh Mendek dan secara umum di Desa Penyalahan, ada 4 tokoh tersebut salah satunya Mbah Patih, setelah melakukan perjalanan, memilih tempat Mendek (kata aslinya Mandeg: artinya berhenti). 4 tokoh ulama itu lalu membuka lahan sawah didukuh Mendek, nama Mendek berasal dari kata kata mandeg (bahasa Tegal) atau berhenti (bahasa Indonesia). Pengertian berhenti, ini untuk fokus syiar agama di dukuh Mendek, desa Penyalahan sebagai tempat dakwah dan bermasyarakat dengan membuka lahan sawah pertanian, Mayoritas di desa ini pertanian, lanjut Paruri, Terkiat 4 tokoh ini, rencana akan kami gali lagi siapa-siapa nama tokoh ini, sebagai bukti sejarah perkembangan islam ini.”jelasnya.
Redaksi Harokah MW Jatinegara Ustad Jamil, Di dekat makam Mendek di RW 01 desa Penyalahan, banyak masyarakat yang berziaroh di makam Patih, untuk meminta do’a kepada Alloh SWT, bukan untuk meminta yang lainnya, kecuali untuk memohon doa kepada Alloh SWT, kebetulan warga sekitar sini juga mengadakan khol Mbah Patih setiap tahun pada 1 muharam / 1 syuro dan pawai obor bersama warga NU. Ada juga khol KH.Bukhori setiap tahun. “kata Ustad Jamil selain alumni pondok pesantren yang setiap hari dirumahnya di adakan mengaji untuk masyarakat.
Pantauan Redaksi MNT (Media NuTegal) adapun kesenian budaya islam di desa Penyalahan berupa rebana, terbang jawa, adapun kesenian ebeg atau kudalumping menjadi khasanah kebudayaan desa ini, ada pawai obor tiap bulan Muharam atau 1 Syuro, kesenian ebeg juga sering di adakan. (ek)
Oleh: Eko Wahyudi