Pertemuan itu di sela-sela konferensi tasawuf internasional al-Ghazali d Hotel Borobudur Jakarta yang membahas dan meminta maqbarah (makam) Imam al-Ghazali di Thus Iran untuk dibangun dalam rangka menghormati jasa Imam al-Ghazali. Perlu diketahui bahwa ulama yang duduk bersama habib Luthfi bukan dari Syiah Rafidhah tapi Imamiyah yang moderat. Pertemuan berlangsung untuk diplomasi antar ulama dalam rangka tujuan pembangunan makam Imam al-Ghazali yang ada di Thus Iran. Juga perlu diketahui ulama yang hadir diantaranya Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, Syaikh Adnan Mufti Damaskus Syiria, Syaikh Aziz Abidin mursyid thariqah Syadziliyah dari USA, dll. Jadi jangan sebar fitnah sebelum tabayyun. Mohon admin NU GL tabayyun sebelum menyebarkan berita yang nanti akan menjadi fitnah, apalagi fitnah pada ulama sekaliber Habib Luthfi. Na’udzubillah.” Tutur KH. Muhammad Nurul Haq.
Tepatnya Jum’at, 19 Januari 2018, JATMAN bekerjasama dengan PBNU, Yayasan Amanah Kita dan Universitas Islam Asy-Syafi’iyah Jakarta menggelar seminar internasional Tasawuf Imam Al-Ghazali. Seperti yang disebutkan oleh KH. Ali M. Abdillah selaku sekretaris umum pelaksana sekaligus ketua MATAN PW DKI Jakarta, seminar ini membahasa tiga poin penting yaitu:
1. Pemikiran dan ajaran tasawuf Imam al-Ghazali dan kontribusinya terhadap dunia Islam;
2. Penyebaran ajaran dan pengaruh pemikiran Imam al-Ghazali di berbagai belahan dunia; serta
3. Deklarasi dukungan para ulama tasawuf internasional dalam pembangunan makam Imam al-Ghazali di Thus, Iran, yang kondisinya memprihatinkan.
Hadir sebagai pembicara, berbagai ulama tasawuf dan utusan kenegaraan dari berbagai negara, antara lain Maroko, Amerika Serikat, Iran, dll. Tentu saja seminar ini juga dihadiri oleh Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Siradj serta Rais Aam JATMAN, Maulana Habib Luthfi Bin Yahya.
Para kiai dari berbagai pondok pesantren, khususnya yang mengkaji karya Imam al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, turut diundang. Setelah peserta seminar ‘dibawa’ untuk mengenal Imam al-Ghazali pada sesi pertama, kemudian peserta diajak napak tilas penyebaran pengaruh Imam al-Ghazali: bagaimana beliau dijuluki dengan berbagai julukan hebat di banyak belahan dunia, bagaimana pemikiran-pemikirannya menginspirasi peradaban Islam. Terakhir, peserta diajak untuk ‘menengok’ keadaan makam Imam al-Ghazali yang berada di Thus, Iran. Sungguh sayang, jikalau makam dari seorang ulama besar yang dijuluki Hujjatul Islam itu keadaannya tidak lebih dari sekadar padang rumput gersang beratap seadanya. Inilah yang terjadi, dan membuat ulama-ulama dari lintas negara dan lintas madzhab merasa terdorong untuk bersatu. Momen ini bukan hanya untuk ‘mengenang’ jasa besar Imam al-Ghazali dalam membawa perdamaian dunia, tapi merupakan langkah konkrit untuk berterimakasih dengan memugar makam beliau.
Lantas, apa yang membuat jari-jemari sebagian orang yang mengaku-ngaku NU itu begitu entengnya menulis berita-berita provokasi, fitnah, dan hinaan tidak pantas kepada ulama-ulama kita? Apalagi di sana jelas-jelas hadir panutan kita, yang sepenuh hidupnya didedikasikan untuk agama dan NKRI, bahkan perdamaian global, Habib Luthfi bin Yahya? Tidakkah masih tersisa selembar rasa malu mengaku-ngaku NU yang paling lurus, yang paling benar, yang mengikuti Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, jika kepada Habib Luthfi saja saat ini sudah hilang ta’dzim-nya.
Hadirnya perwakilan negara Iran dalam acara ini telah menjadi objek empuk yang ‘digoreng’ dan siap ‘dijual’ kepada orang-orang bermental sama: kagetan, ekstrimis, oportunis, dan.. (silahkan tambahkan sendiri). Begitu banyak orang-orang yang terbawa provokasi, sebegitu hilang rasa hormatnya kepada ulama, berkat jari-jari lihai Anda, Wahai admin NU garis -yang mengaku- lurus. Padahal negara Iran sendiri membawa perwakilan duta besarnya sebagai penyambung kerjasama ulama antarnegara dalam membangun makam Imam al-Ghazali, serta seorang ulama Sunni-Syafi’i, Syaikh Fayegh Roustam. Kami tegaskan kembali, ulama Sunni-Syafi’i. Meskipun secara resmi negara Iran adalah negara Syiah namun di sana kedua aliran ini, sunni-syiah, hidup berdampingan, saling hormat dan memiliki kedekatan dalam corak kultural keagamaannya. Dua aliran ini juga sama-sama menghormati Imam al-Ghazali, lalu apalagi yang ingin anda ‘goreng’, wahai Admin?
Habib Luthfi Bin Yahya, KH. Said Aqil Siradj, serta ulama-ulama Nusantara yang gigih berjuang di Nahdlatul Ulama sudah sangat mafhum dengan hinaan, cacian dan fitnah keji. Kehormatan beliau semua tidak akan berkurang hanya karena cacian makhluk. Namun maafkanlah kami, para pencinta beliau, yang memilik begitu banyak amarah dan kekecewaan atas sikap-sikap tidak bertanggungjawab para penggoreng isu, para aktivis dan pengikut yang mengaku NU tapi garis lurus, bengkok, miring, atau apapun itu. Sungguh, pembelaan-pembelaan yang kami sampaikan bukan untuk menyelamatkan kedudukan Guru-guru kami. Karena kedudukan dan kehormatan beliau tidak perlu kami bela lagi, tidak akan berkurang karena cacian. Kami hanya bersuara, jika saja ada yang tergelitik dan tersadarkan, namun di balik ini semua, hanya Allah pembolak-balik hati manusia.
Terakhir, kami ingin sampaikan satu kutipan dari panutan kita, Maulana Habib Ali al-Jufri, bahwa musuh Islam sesungguhnya adalah yang meyakinkan kita bahwa Sunni-Syiah itu bermusuhan. Mohon maaf atas segala khilaf. (Ttd. Al-faqir, salah satu panitia Seminar Internasional Imam al-Ghazali).