Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, mengatakan pemerintah telah memecat beberapa ribu imam berpaham radikal dari kegiatan masjid karena menyebarkan ekstremisme.
“Kami tidak akan membiarkan siapapun menyebarkan ideologi kebencian radikal, untuk membiayai ideologi atau terorisme semacam itu,” kata Adel di Moskow seperti yang dilansir media The Nation pada 9 Oktober 2017. Adel menyambangi Rusia bersama dengan Raja Salman bin Abdul Aziz yang tiba di Moskow pada 5 Oktober 2017.
“Pendekatan kami terhadap masalah ini sangat ketat: Kami memodernisasi sistem pendidikan untuk menghilangkan kemungkinan salah tafsir teks.”
Adel mengatakan Riyadh akan bekerja sama dengan Moskow dalam perang melawan terorisme.
“Mereka menimbulkan ancaman bagi negara kita dan negara-negara lain, dari mana asalnya. Jadi kita memiliki minat yang kuat dalam kerja sama. ”
Menteri luar negeri ini juga menuduh Qatar membiayai terorisme dalam upaya untuk campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain.
“Kami yakin bahwa ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi semua negara: Katakan ‘tidak’ terhadap terorisme, pendanaan terorisme, ekstremisme dan propaganda kebencian, dan upaya untuk mengganggu urusan dalam negeri di negara-negara lain. Kami mengharapkan tuntutan ini harus dipenuhi Qatar,” ungkapnya.
Ini merupakan kunjungan pertama seorang raja Saudi ke Rusia. Raja Salman dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, menandatangani kesepakatan penting di bidang militer dan energi.
Pembicaraan antara Riyadh dan Moskow menghasilkan penandatanganan banyak kesepakatan senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 40,4 triliun, termasuk kesepakatan membeli sistem persenjataan canggih.
Kesepakatan pembelian senjata Arab Saudi dan Rusia ini mencakup kontrak membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia yang canggih, sistem rudal Kornet Anti-Tank, TOS-1 Peluncur roket, peluncur granat IGS-30 dan senapan mesin AK-103 Kalashnikov.