Slawi_NU Tegal-
Komunitas pembudidaya menthok hias yang tergabung dalam grup PEM’BREGAS tengah mempersiapkan event nasional berupa Kopdar dan Kontes Menthok Hias. Kegiatan tersebut direncanakan bertempat di Pantai Larangan Kecamatan Kramat Kab. Tegal pada bulan Desember mendatang.
Saiful Muarif, salah seorang panitia yang juga aktifis Gerakan Pemuda Ansor NU Kecamatan Tarub mengatakan, event tersebut merupakan terobosan untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas perihal budidaya menthok hias. Sebab, kata dia, selama ini masyarakat hanya mengetahui unggas jenis menthok ini hanya untuk kebutuhan konsumsi saja.
“Orang kebanyakan tahunya menthok itu hanya untuk konsumsi atau dimanfaatkan dagingnya saja. Padahal, ada potensi lain pada budidaya menthok, yakni budidaya jenis menthok hias yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi,” ungkap ustadz Saiful Muarif.
Saat ini, tambah dia, kebutuhan untuk pengadaan minthi atau anakan menthok hias sudah sangat tinggi. Untuk minthi usia 2 sampai 3 bulan saja harga pasaran sampai 300 ribu rupiah per ekor. Sedangkan untuk jenis menthok hias yang siap dijadikan bahan kontes kisaran 1 juta per ekor. Jika sudah pernah menjuarai kontes maka nilai jualnya bisa mencapai 3 juta atau lebih.
“Alhamdulillah, saya sendiri punya beberapa ekor menthok hias yang sudah pernah menjuarai kontes. Bahkan pada salah satu event di Jawa Barat pernah mendapat juara satu. Selain saya, ada banyak teman-teman asal Tegal yang ikut mendapat juara di beberapa kontes menthok hias,” ujarnya.
Sependapat dengan itu, Babeh Rojikin salah seorang pembudidaya menthok hias di Desa Dermasandi Kecamatan Pangkah Kab. Tegal menuturkan, budidaya menthok hias bisa menjadi peluang baru bagi para penggemar unggas. Selain memiliki nilai ekonomis yang bagus, juga belum ketat persaingannya. Sehingga untuk beberapa tahun ke depan masih sangat prospektif untuk dikembangkan.
“Saya memulai budidaya menthok hias ini waktu musim covid tahun 2020 lalu. Saat ini sudah mulai berkembang dan sering melayani permintaan dari luar kota. Kandang milik saya juga sering dijadikan tempat untuk kopdar antar penggemar menthok hias,” ucap Babeh Rojikin.
Dikatakan dia, nilai ekonomis menthok hias ini terletak pada keindahan warna bulunya. Seperti ada warna moca, millenial, jali, klawu dan lain sebagainya. Warna-warna bulu tersebut didapat dari perkawinan persilangan antar beragam jenis menthok hias. Jadi bukan dari hasil rekayasa kimiawi.
“Keindahan warna bulu menthok hias ini natural, bukan melalui pewarnaan bahan kimia. Untuk menjaga keindahan warna itu juga butuh perawatan khusus,” tuturnya kepada media NU Tegal.
Terkait soal perawatan, kata dia, memang ada musim-musim tertentu seperti saat ini menghadapi musim penghujan. Biasanya menthok terserang virus yang menyebabkan menthok mendadak mati karena mengalami penyakit mata biru dan gemboro. Untuk pencegahannya menthok harus diberi vaksin NDAI sebelum memasuki musim penghujan.
Terkait kontes yang akan diselenggarakan di Kabupaten Tegal Babeh Rojikin didapuk sebagai ketua panitia. Ia menargetkan 1500 peserta dari berbagai kota di Indonesia. Hal ini juga sekaligus sebagai ajang promosi pariwisata di Kabupaten Tegal. Penyelenggara kontes adalah komunitas pembudidaya menthok hias yang tergabung dalam grup PEM’BREGAS. Istilah tersebut merupakan singkatan dari Pemalang, Brebes, Tegal dan Slawi. ***
Pewarta : M. Shafei Pahlevie.