Sebagai pengemban risalah suci, Nabi Muhammad SAW selalu dihadapkan dengan peristiwa yang beraneka ragam. Mulai dari percobaan pembunuhan hingga tingkah aneh umatnya lantaran minimnya pengetahuan mereka.
Suatu ketika Rasulullah bersama para sahabatnya sedang duduk di sebuah masjid. Mereka dikejutkan dengan kehadiran orang asing dengan tingkah kurang menyenangkan. Seseorang berkebangsaan Badui mendadak kencing di pojokan masjid.
Sontak, kelakuan orang Badui ini membuat sahabat Nabi marah. Kata-kata bernada keras pun meluncur dari lidah mereka. Para sahabat hendak mencegah air najis si Badui wgar tidak mengotori kesucian masjid.
Menaggapi peristiwa ini, Rasulullah tetap tenang. Beliau justru melarang reaksi sahabatnya yang berlebihan itu dan membiarkan si Badui menuntaskan buang air kecilnya. Usai kencing, Nabi lantas memberi nasihat bijak kepada si Badui tentang fungsi dan etika memperlakukan masjid.
“Berdirilah, ambilkan seember air dan guyurlah air kencing tersebut,” tutur Nabi kepada para sahabat. Mereka kemudian bangkit dan melaksanakan perintah ini.
”Fa innama bu‘itstum muyassiriin wa lam tub’atsu mu‘assirin. Sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk membuat kesulitan,” pesan Nabi selanjutnya.
Ini membuktikan derajat kemuliaan akhlak Rasulullah SAW. Dalam situasi yang sangat ganjil sekalipun, Rasulullah tetap menampilkan sisi ketawadukan, kejernihan berfikir dalam memecahkan persoalan bukan dengan mengerahkan masa yang sangat rawan ditunggangi orang yang tidak bertanggungjawab. Itulah teladan kita Rasulullah Beliau menyodorkan solusi yang cukup bijak, menentaramkan dan tidak membuat gaduh.