Romo KH. Abdullah Kafabihi Mahrus dalam Haul dan Haflah Akhirussanah 1439 H Ponpes Lirboyo & Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien di Aula Muktamar, Selasa 9 Sya’ban 1439/24 April 2018 menyampaikan esensi acara haul dan haflah. “Haul dan haflah terdapat majelis ilmu, dzikir dan shalawat.”
KH. Abdul Karim, pendiri PP Lirboyo, adalah seorang pendidik yang istiqamah menghadap Allah. Mengajar para santri dan jamaahnya dengan tidak pergi kemana-mana, tapi santrinya ada dimana-mana dan kemana-mana.
Ngajinya Kiai Abdul Karim kitab yang biasa-biasa saja, tapi santrinya menjadi orang-orang yang alim. Karena beliau ikhlas dan istiqamah. Dan biasanya kiai yang istiqamah berjamaah dan mengajar, tidak keluar keanehannya, kecuali dalam keadaan terpaksa. “Beda dengan yang biasannya salat Qadha”, tutur Kiai Kafabihi disambut tawa hadirin.
Menurut Syaikh Abdul Wahab Sya’roni, hal tersebut “yadullu ‘ala kamalihi”, menunjukkan kesempurnaannya. Kalau yang suka qadha kok keluar karamahnya, itu untuk menguji orang awam.
Lirboyo di zaman KH. Abdul Karim santrinya belum banyak. Tapi setelah kewafatan beliau santrinya bertambah banyak. Setelah Mbah Kiai Marzuqi Dahlan wafat, santrinya semakin bertambah lagi. Setelah Mbah Kiai Mahrus Ali wafat bertambah lagi. Setelah wafatnya Mbah Kiai Idris bertambah lagi. Ini menunjukkan keberkahan ilmu beliau-beliau, bisa dilihat setelah wafatnya.
Tujuan haul adalah mengenang bahwa para beliau sabar dan telaten:
وَكُلاًّ نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ
Allah Ta’ala menceritakan orang-orang terdahulu untuk mengukuhkan hati Baginda Nabi Saw. Rasul saja untuk mengukuhkan hatinya perlu mengetahui cerita orang dahulu, apalagi kita?
بذكر الصالحين تنزل الرحمة من السماء
“Dengan menuturkan orang-orang saleh, rahmat akan turun dari langit.”
Santri Lirboyo karakternya adalah akhlakul karimah. Dengan ilmu kita minta tambah berakhlak. Akhlak dan ilmu harus satu paket. Yang sulit itu ilmunya tambah, istiqamah bertambah, akhlaknya tambah, zuhud dan lainnya. Ciri khas pesantren al-‘ilmu li al-‘amal, ilmu untuk diamalkan. Lisan al-maqal (lisan ucapan) diiringi lisan al-hal (lisan perbuatan).
Keluhuran Islam dan kejayaan Islam ada hubungan dengan pesantren. Kalau pesantren lemah Islam lemah. Kalau pesantren kuat Islam pun kuat. Sebab pesantren itu lembut, tidak radikal.
Pernah Siti Aisyah menjawab kepada orang Yahudi yang menyalami Baginda Nabi Saw. dengan, “As-Samu ‘alaikum”. Karena jawaban keras Siti Aisyah ini Baginda Nabi Saw. menegurnya dengan:
يا عائشة إن الله رفيق يحب الرفق
“Hai Aisyah, sungguh Allah Dzat yang lembut, suka kelembutan.”
Jadi dakwah dengan menghujat, bukan dakwah Baginda Nabi Saw. Kalau dakwah dengan keras orang yang disekitarnya bubar. Jadi ciri khas pesantren adalah lemah lembut. Jadi Islam itu dakwah dengan lemah lembut yang disebarkan oleh para ulama dan para wali. (Syaroni As-Samfuriy/Robert Azmi)