Usia yang tak lagi muda, suaranya melengking penuh energi bahkan kadang menembus oktaf kelaziman nada sebuah lagu, pukulan terbang saling bersahut dan saling mengisi dengan ritme dinamis merespon lekukan suara parau yang tak lagi jernih, namun semangat simbah-simbah ini bisa jadi mengalahkan pemuda 20 tahunan, itulah gambaran perhelatan Sholawat kebudayaan 1000 terbang Jawa yang diselenggarakan sabtu 19 Oktober 2024 oleh Lesbumi PWNU Jawa Tengah di alun-alun kulon komplek Masjid Al Aqsa Menara Kudus komplek makam Raden Jafar Shodik atau yang lebih dikenal dengan Sunan Kudus. Pagelaran ini digelar dalam rangka Hari Santri Nasional 2024 bekerjasama dengan Kemendikbud Ristek dan Pengurus Pusat Lesbumi PBNU.
Pagelaran ini diikuti sekitar 25 kelompok terbang Jawa/maulid Jawa yang terdiri dari perwakilan Lesbumi PCNU beberapa daaerah di Jawa Tengah, diantaranya dari Magelang, kabupaten Demak, kabupaten Jepara dan tuan rumah Kabupaten Kudus. masing masing kelompok diberikan kesempatan untuk tampil mewakili daerahnya sebelum akhirnya mereka Bersama sama menabuh terbang dengan membawakan sholawat Asnawiyah, salah satu sholawat yang dikarang oleh Raden Asnawi yang merupakan salah satu keturunan Sunan Kudus ke 14, dan juga Mahalul Qiyam sebagai puncak kebersamaan dalam bermahabbah kepada rosulillah Muhammad SAW.
Istilah terbang jawa sendiri sebenarnya untuk memudahkan penggolongan rumpun sholawat yang memiliki kekhasan tersendiri dari Jawa baik dari segi pukulan/ritme ataupun langgam atau lagu yang bernuansa Jawa. untuk kabupaten Kudus dikenal dengan nama Terbang papat atau terbangan, untuk kabupaten Jepara dikenal dengan istilah terbang telon, untuk kabupaten magelang dikenal dengan maulud Jawa, dan masing-masing daerah memiliki nama dan kekhasan tersendiri, hal ini merupakan kekayaan dan khazanah seni budaya Islam Nusantara yang masih ada dan lestari hingga hari ini.
Mbah Tar, salah seorang personal Maulud Jawa dari lereng Merbabu magelang mengatakan, bahwa kelompok ini sudah ada sejak sebelum dia lahir, padahal dia sendiri sekarang berusia 73 tahun, dan uniknya kesenian ini masih rutin menemani Masyarakat dalam acara-acara penting seperti mantenan/nikahan, supitan/khitanan dan acara-acara penting lainya. jika diundang oleh warga, tradisi maulid Jawa ini biasa di msinksn setelah selesai Isya hingga habis subuh, terkadang jika mengarak anak khitan maka mereka tidak tidur bahkan langsung bermain lagi dipagi harinya. berbeda lagi dengan penuturan Bapk Indro pengurus FKTP (Forum Komunikasi Terbang Papat ) kabupaten Kudus, meski tak lagi digemari oleh anak muda, terbang papat masih bisa eksis hingga hari ini, bahkan pernah mencatatkan rekor MURI sebagai penampil terbang papat terlama dengan durasi 3 hari 3 malam non stop dan diikuti group terbang papat se-Kabupaten Kudus.
Abdul Gani sebagi Ketua lesbumi PWNU Jateng sangat bersyukur, bisa menghadirkan kelompok terbang Jawa ini, sekaligus sebagai ungkapan terimakasih kepada para pelestari tradisi yang hingga hari ini masih tetap eksis mempertahankan kesenian terbang Jawa ini. Abbet Nugroho ketua panitia pagelaran Hari Santri Lesbumi PWNU Jateng mengungkapkan bahwa dari Lesbumi Jawa Tengah memilih Kudus sebagi tempat kegiatan karena itba’ sekaligus napak tilas kepada pada para wali peletak dasar keagamaan dan kebudayaan di tanah Jawa, khusunya Sunan Kudus dan Sunan Muria. kita mengambil spirit energi dari Kudus untuk kita sebar luaskan ke seluruh Jawa Tengah bahkan Nusantara dan Dunia.
selain menampilkan sholawat terbang Jawa, Lesbumi PWNU Jateng juga menampilkan pagelaran Wayang Kulit dengan 9 Dalang yang semuanya dari Lesbumi.pagelaran wayang digelar semalam suntuk dengan dipimpin oleh Dalang senior KI Ardhi Purbo yang juga merupakan pengurus Lesbumi PBNU. Pagelaran wayang ini juga menyimbolkan 9 wali yang memiliki tugas dan medan dakwah sendiri-sendiri namun tidak meninggalkan adat dan tradisi asli Masyarakat jawa, bahkan mampu mengemas antara agama dan budaya seperti yang dilakukan Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, sunan Bonang, sunan Giri, Sunan Muria dan para wali wali yang lainya.
Penulis : Abbet Nugroho
Sekretaris Lesbumi PWNU Jateng