Pemberontakan dalam pemerintahan Islam dimulai dari aksi demontrasi kaum muslimin dari Mesir, Basrah dan Kufah atas ketidakpuasan mereka dgn pemerintahan Khalifah Sayyidina Utsman bin Affan RA. Aksi demonstrasi yg dipimpin oleh beberapa Sahabat tsb yg berlanjut dgn pemberontakan yg mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan di tangan para pemberontak.
Sejarah Bughot (pemberontakan) berikutnya terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Sayyidina Ali bin Abi Thalib KW, hingga terjadi peperangan saudara antara para sahabat Nabi SAW. Peristiwa Perang Jamal yg melibatkan Ummul Mukminin Aisyah ra, dua org sahabat yakni Thalhah dan Zubair Radhiyallahu anhum melawan Khalifah Ali.
Lanjut ke Perang Siffin antara Khalifah Ali melawan Muawiyah bin Abu Sofyan yg masing2 didukung oleh beberapa sahabat.
Berlanjut ke Perang di Nahrawan menumpas kaum Khawarij.
Kenapa mereka memerangi Khalifah yg sah?
Krn mereka menganggap Khalifah tdk menjalankan aturan yg ada (yakni meng-qisash pembunuh Khalifah Utsman), padahal sebagaimana diterangkan dlm kitab2 Tarikh karya para Ulama bhw Khalifah Ali sangat menginginkan melakukan hal tsb, tetapi kondisi pemerintahan belum stabil, para pemberontak masih kuat. Persatuan dan stabilitas yg harus didahulukan baru kemudian pengusutan kasus terbunuhnya Khalifah Utsman dan menghukum pelakunya dilakukan. Tp orang2 yg bersumbu pendek ingin hal itu segera dilakukan lalu menghasut kaum muslimin untuk melakukan bughot kepada Khalifah.
Kaum khawarij sendiri menuduh Khalifah tdk berhukum dgn hukum Allah.
Teriakan para pemberontak itu sama yakni “TEGAKKAN SYARIAT ISLAM” tetapi dgn cara memecah belah persatuan.
Lalu kenapa Khalifah pun memerangi mereka? Ya krn mereka telah menghancurkan persatuan kaum muslimin dan ingin merongrong pemerintahan yg sah. Khalifah tahu bhw yg beliau perangi adalah sahabat Nabi juga, tetapi keberlangsungan pemerintahan yg sah harus didahulukan sebagai simbol persatuan kaum muslimin.
Ini menjadi gambaran bagi kita bhw dimata seorang Khalifah Ali bin Abi Thalib, kekokohan negara dan kehormatan Khalifah yg diberi amanah harus lebih didahulukan ketimbang kemuliaan oknum oknum para pelaku bughot tsb sebagai sahabat Nabi SAW.
Khalifah Ali Karramallahu wajhah tidak membenarkan segala upaya merongrong pemerintahan yg sah walau mulut para pemberontak dipenuhi dgn ayat2 suci atau teriakan “berhukumlah dgn hukum Allah” (Dalam perang Siffin malah Al Qur’an oleh pasukan Muawiyah ditaruh diujung tombak ketika hampir kalah). Bagi Khalifah, teriakan tersebut adalah “Kalimatu haqqin uridha bihil bathil”.
Pasti terbayang di benak kita bhw kedua kubu yg berperang pada masa itu dalam upaya membunuh musuhnya masing2 memekikkan Takbir.
Sekarang kaum muslimin silahkan memilih, mengikuti sikap Khalifah Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah atau mengikuti sikap orang2 yg melakukan bughot pada masa itu.