- Sidoarjo -NU Tegal
Perhelatan Kongres Akbar Ke 6 Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (K-Sarbumusi) berlangsung sangat dinamis. Kegiatan tersebut diikuti oleh sekitar 300 peserta yang merupakan pimpinan dari seluruh DPW dan DPC K-Sarbumusi se-Indonrsia.
Kongres Akbar yang berlangsung di Hotel Aston Sidoarjo, Jawa Timur dari tanggal 27 hingga 29 September 2022 itu berhasil memilih Irham Ali Saifudin atau Gus Irham sebagai Presiden Sarbumusi yang baru.
Dalam sambutan perdananya Gus Irham menyatakan siap untuk secara bersama-sama membawa Sarbumusi menuju percepatan perubahan paradigma perburuhan. Sehingga capaian-capaian prestasi yang sudah ditorehkan pimpinan sebelumnya harus menjadi spirit revolusi paradigma dan penataan organisasi ke arah yang lebih maju.
“Saat ini kita memasuki era akselerasi dunia industri yang menuntut adanya peningkatan kapasitas sumber daya kaum pekerja. Percepatan perubahan ini harus kita sambut dengan kesiapan yang terukur dan terarah,” ujar Gus Irham.
Di sisi lain, kata dia, akselerasi dunia industrial juga akhirnya berdampak besar pada miningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK) karena masifnya digitalisasi proses-proses produksi.
“Akibatnya hanya para pekerja terampil yang dapat menyesuaikan diri dan tetap mendapat pekerjaan. Ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi Sarbumusi di masa kini dan di masa mendatang,” lanjut Gus Irham yang merupakan mantan aktifis PMII Yogyakarta itu.
Sebelumnya, Drs. HM. Saiful Bahri Ansori, mantan Presiden K-Sarbumusi yang kini duduk sebagai ketua Majlis Pertimbangan Organisasi, mengungkapkan kekhawatirannya tentang situasi ketenagakerjaan di era sekarang.
“Pertama kita kemarin menghadapi masa pandemi berkepanjangan, yang itu mengakibatkan terganggunya kegiatan produksi, lalu terjadi PHK besar-besaran di mana-mana,” tutur Saiful.
Yang kedua, lanjut Saiful, adanya perubahan iklim dan anomali cuaca yang menyebabkan terganggunya produksi pertanian atau bahan pangan. Gangguan ini mengakibatkan banyak pabrik yang kesulitan mendapatkan bahan baku hasil bumi, sehingga kegiatan produksi terhambat dan lalu lagi-lagi terjadi pengurangan tenaga kerja.
“Adapun yang ketiga yaitu adanya konflik antar negara dengan terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina yang disokong mayoritas negara barat. Akibatnya banyak sekali rusaknya rantai pasokan bahan baku industri di seluruh kawasan. Kemudian lagi-lagi memakan korban berupa semakin menyempitnya ketersediaan lapangan kerja,” ucap Saiful Bahri Anshori. ***
Kontributor : M.
Shafei Pahlevie