Saya seringkali menulis tulisan yang mungkin dianggap mengkritik dan menyindir cara berpikir sebagian saudara saya sesama muslim. Hal ini adalah justru karena saya cinta dan peduli dengan agama saya serta tidak ingin agama yang indah dan mulia ini menjadi mundur ke belakang dan rusak citranya hanya karena ulah sebagian orang saja. Ibarat pepatah gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga.
Sebagai seorang muslim saya juga tersinggung saat membaca komen “Orang Islam itu memang bodoh, keras kepala dan gak ada otaknya.” Tapi di sisi lain saya juga harus bisa memahami mengapa sampai ada orang yang mengatakan demikian. Tidak ada asap kalo tidak ada api, tidak ada akibat jika tidak ada sebab, semua pasti ada alasannya. Saat sebagian orang Islam melakukan sesuatu dengan membawa-bawa simbol agama ataupun dengan mengatasnamakan agamanya maka orang lain pasti akan menganggap bahwa tindakannya itu adalah cermin dan ekspresi dari ajaran agamanya.
Hal inilah yang kadang membuat citra Islam justru menjadi semakin buruk. Bukan orang lain yang menjadikannya buruk tapi justru kelakuan orang Islam sendirilah yang telah merugikan dan membuat buruk citra agamanya sendiri. Bagaimana mungkin seorang teroris yang tega membunuh dan mengebom orang-orang tak bersalah bisa disebut sebagai syuhada.!? Bagaimana mungkin kelompok teroris yang gemar penggal kepala dan perkosa ribuan orang disebut sebagai pejuang agama.!? Bagaimana mungkin fitnah, kebohongan dan hoax disebut sebagai sarana dakwah.!? Dan bagaimana mungkin kebencian dan permusuhan disebut sebagai “Perintah Tuhan”.!?
Seingat saya, waktu kecil agama Islam terasa damai dan menyejukkan, jauh dari kesan kasar, sangar dan aksi kekerasan. Saya juga banyak berteman dan bersahabat dengan anak-anak lain yang non-muslim. Jika ada teroris paling juga cuma ada di berita luar negeri atau di Timur Tengah saja. Saat itu ormas agama yang dominan cuma ada NU dan Muhammadiyah. Meski tidak semua kebijakan era Orde Baru kita setujui tapi harus kita akui bahwa pada masa itu pemerintah sangat efektif dalam menekan perkembangan kelompok radikal. Tapi setelah reformasi 1998 dimana kran kebebasan berpendapat dibuka selebar-lebarnya justru semakin banyak ormas radikal yang tumbuh subur dan berkembang pesat.
Berbagai ideologi Wahabi radikal yang berasal dari wilayah konflik di Timur Tengah mulai banyak masuk ke Indonesia dengan berkedok sebagai sebuah organisasi resmi dan mulai menyebarkan ideologi radikalnya di negeri yang semula rukun, aman, damai, tentram, dan sejahtera ini. Ideologi ini berkembang karena dipengaruhi oleh sejarah, budaya, karakter dan konflik politik berkepanjangan yang terjadi selama puluhan tahun disana. Agenda mereka sebenarnya adalah untuk menjadikan bangsa ini memiliki ideologi yang sama radikalnya dengan mereka.
Banyak tokoh Islam Moderat (terutama dari kalangan Islam Nusantara) yang merasa gerah dengan kenyataan pahit ini. Namun saat mereka menyatakan pendapatnya untuk menunjukkan Islam rahmatan lil alamin yang diyakininya (seperti Gus Dur, Habib Luthfi, Gus Mus, Cak Nun, Buya Syafi’i Ma’arif, Yai Said Aqil Siradj, Quraish Shihab, Mbah Maimun Zubair Sarang dan lain-lain) justru guru-guru berjiwa besar ini dimaki, dihujat, dibully, dianggap sesat, munafik dan anti Islam. Jika menurut mereka Islam yang kaffah (sempurna) itu adalah Islam yang gemar hoax, fitnah dan menebar kebencian maka lebih baik seumur hidup saya tidak usah menjadi muslim yang kaffah saja. Saya tidak peduli meskipun dibilang kafir dan harus masuk sorga sekalipun (lho.!?)
Hanya Islam Moderat yang bisa menjaga Keutuhan Negeri ini, bukan Wahabi radikal. Hanya kader Banser NU seperti Riyanto yang rela wafat dan syahid menjaga saudara-saudaranya umat Nasrani saat memuja Tuhan di malam Natal. Dengan nama apapun Tuhan disembah, kita harus memperjuangkan hak manusia untuk menyembah Tuhannya. Sungguh berbeda dengan mereka kaum Wahabi radikal yang selalu mau benar dan menang sendiri, suka memaksakan kehendak, anti kritik, anti keragaman dan gemar teriak: “Bunuh, Bunuh, Bunuh…..!!!”
Tujuan saya menulis kritik agama di FB adalah juga untuk menunjukkan kepada #saudara-saudara yang #non_muslim bahwa tidak semua orang Islam seperti mereka. Masih banyak orang-orang Islam yang cinta damai, toleran dan menghargai perbedaan yang akan tetap membela hak Anda untuk menyembah Tuhan.
Saya menulis di FB juga dengan harapan agar mereka yang sempat terpengaruh oleh indoktrinasi dan “cuci otak” ideologi radikal bisa segera sembuh dan menemukan akal sehat dan hati nuraninya kembali. Saya menulis di FB agar saudara-saudara yang sepemikiran dan sepemahaman dengan saya bisa bersatu dan ikut lantang bersuara agar jangan sampai golongan Mayoritas yang cinta damai dikalahkan oleh sekumpulan minoritas yang gemar ribut.
Salam Waras,
[Muhammad Zazuli]