Slawi_NU Tegal-
Ephoria masyarakat Indonesia terhadap gelaran Piala Dunia (Word Cup) 2022 sempat diwarnai sentimen agama, terutama ketika Tim Nasional kesebelasan Maroko berhasil lolos ke semi final atau menjadi tim 4 besar kejuaraan sepak bola tingkat dunia itu.
Perjuangan Timnas Maroko, yang notabene masyarakat penganut agama Islam, dari semenjak babak penyisihan hingga perempat final diwarnai slogan-slogan keislaman. Hal itu antara lain berupa lantunan sholawat, pembacaan surat Al Fatihah, hingga ungkapan doa dari sang ibu para pemain tim sepak bola negeri benua Afrika tersebut.
Di Indonesia yang juga mayoritas masyarakatnya menganut ajaran Islam pun turut berbangga dengan kesadaran beragama para pemain Timnas Maroko. Beragam dukungan untuk Maroko membanjiri jagad media sosial dari warga Indonesia. Terutama terkait dengan sikap keislamannya.
Fenomena tersebut menjadi perhatian khusus dari Rois Syuriah PCNU Kabupaten Tegal, KH Nawawi Azhari. Ia mengaku sepakat dengan nilai-nilai syiar Islam yang ditampilkan Timnas Maroko selama bertanding di Piala Dunia di Qatar.
“Terus terang saya sangat sepakat dengan sisipan syiar Islam itu. Ini menunjukkan bahwa berdakwah itu bisa melalui media olah raga, walaupun hanya berupa lantunan sholawat dan membaca surat Al Fatihah,” ujar Kyai Nawawi kepada media NU Tegal.
Hanya saja, kata dia, dukungan terhadap Timnas Maroko tidak perlu melibatkan sentimen agama. Apalagi jika dikaitkan bahwa kemenangannya itu merupakan berkah dari lantunan sholawat atau terkabulnya doa-doa yang dilafalkan selama pertandingan melawan Timnas dari negara Non Muslim.
“Klaim-klaim seperti ini yang saya tidak sepakat. Iya kalau pas menang mungkin tidak jadi masalah. Lha, kalau kalah ‘kan malah jadi bahan ejekan. Sebab bermain sepak bola itu terkait keahlian, kemahiran, ketrampilan dan kekuatan fisik,” ungkapnya.
Jadi, masih kata Kyai Nawawi, kita sebagai umat muslim boleh-boleh saja mendukung syiar nilai-nilai Islam yang digaungkan para pemain sepak bola Maroko. Tapi jangan menjustifikasi kemenangan bertanding bola itu sebagai hasil nyata dari kesadaran beragama.
“Ketaatan menjalankan nilai-nilai Islam itu tujuannya untuk mendapatkan Ridlo dari Allah. Kita berdoa sebelum ikhtiar bekerja itu juga karena mengharap Ridlo-Nya, masalah hasil itu bukan kita yang menentukan,” tuturnya. ***
Pewarta : M. Shafei Pahlevie