2017 sebentar lagi akan jadi masa lalu. Perjalanan 365 hari telah usai dan akan berganti dengan 365 hari yang baru. Jika menilik pada fenomena tahun baru, maka harusnya resolusi harus berkaca pada refleksi terdahulu. Bagaimana manusia mulai kehilangan pedoman akhlak. Padahal dalam Islam sudah digariskan dengan adanya Rasulullah sebagai tauladan. 4 hal ini semoga bisa menjadi inspirasi bahwa sebaik apapun resolusi, perbaikan akhlak sebaiknya menjadi hal paling hakiki.
- Berbuat baik kepada sesama bahkan yang berbeda pandangan dan agama
Rasulullah SAW selama hidupnya terkenal sebagai sosok yang baik terhadap sesama muslim dan bahkan yang berbeda agama. Ada sebuah kisah yang sangat populer tentang seorang pengemis Yahudi buta yang sering memakinya. Setiap hari, dengan lantang, si pengemis Yahudi itu berteriak kepada semua orang bahwa Muhammad adalah pembohong, gila dan tukang sihir. Mendengar hal itu, Rasulullah bukannnya marah, namun justru datang setiap hari ke pasar Madinah untuk membawakan makanan dan menyuapinya. Kegiatan itu dilakukan setiap hari hingga Rasulullah meninggal dunia. Suatu hari, Abu Bakar As-Sidiq bertanya kepada Sayyidina Aisyah tentang amalan Rasulullah apa yang belum dia lakukan. Aisyah lalu menceritakan pengemis Yahudi tersebut. Seketika Abu Bakar As-Sidiq datang ke pasar untuk bertemu dengan sang pengemis Yahudi, membawakan makanan dan menyuapi seperti halnya yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Disaat suapan pertama, si pengemis menyadari bahwa yang datang saat itu bukanlah orang yang datang sebelumnya. “Siapa kau? Sepertinya engkau bukan orang yang biasa mendatangiku?” tanya si pengemis. Abu Bakar kemudian bercerita bahwa selama ini yang datang kepadanya adalah Rasulullah. Mengetahui hal itu, si pengemis menangis sejadinya dan mengungkapkan penyesalan atas apa yang telah ia lakukan selama ini. Ia kemudian membaca syahadat dan disaksikan oleh Abu Bakar. Kisah ini adalah bukti bagaimana mulianya hati Rasulullah yang mana meski dicaci maki orang, beliau tetap membalasnya dengan kebaikan. Bahkan ketika yang menyakiti bukanlah saudara muslim. Hal yang mungkin akan sangat dilakukan oleh manusia-manusia level rendahan macam kita. Namun, kisah ini bisa menginspirasi kita untuk selalu berbuat baik kepada agama tanpa memandang status sosial dan agama. Bahwa justru dengan sifat yang lembut, perlakuan yang sopan, pemeluk agama lain akan tersentuh dan menghormati kita. Bahkan dengan rela memeluk islam sebab kebaikan dan kasih sayangnya. Bukan dengan perlakuan kasar dan diskriminatif dibumbui teriakan kafir yang justru menghilangkan respect pemeluk agama lain terhadap kita. Ini yang harus difahami oleh kita semua.
- Pemurah dan Ahli Sedekah
Sudahkah kita memikirkan saudara-saudara kita yang melarat dan membutuhkan? Sudahkah kita menjadi sosok pemurah yang tidak kenal lelah membantu sesama, yang tidak berat meringankan beban orang-orang disekitar kita? Alkisah, pada usia 20 tahun, Nabi Muhammad SAW mendirikan sebuah lembaga untuk membantu orang-orang miskin dan yang teraniaya yang dinamai Hilful Fudul. Rasulullah ingin melindungi setiap orang yang membutuhkan. Tidak pandang apakah orang itu dekat dengan Nabi atau hanya pendatang. Siapapun yang dirasa membutuhkan akan mendapatkan bantuan. Kendati hidupnya sederhana, Nabi adalah sosok yang kaya. Kaya hati dan kaya kepedulian. Bukan seperti manusia jaman sekarang yang hidup bergelimang harta, barang-barang bermerk dimana-mana, namun ketemu pengemis ketemu anak terlantar diam saja sambil bilang “Enak aja! Pengen uang ya kerja!” Naudzubillah…
- Saat hendak dicelakai, malah ditolong. Saat dimusuhi, malah dimaafkan
Saat negara kisruh karena saling tuding. Saat kita bahkan rela berkelahi demi menegakkan kebenaran, coba kembali renungkan betapa Rasulullah tidak pernah mengajari kita yang demikian. Bahkan dalam sebuah kisah, ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, kaum Musyrikin membuat sayembara dengan menawarkan 100 ekor unta untuk siapa saja yang berhasil membunuh Rasulullah. Salah seorang yang sangat antusias saat itu adalah Suraqah Malik bin Jus’ham. Ia dengan sigap membuntuti Rasulullah dari belakang. Namun sekali dua kali ia mencoba membunuh Rasul, kudanya selalu tersungkur di padang pasir. Akhirnya yang ketiga kali, kuda Suraqah terjerembab hebat kedalam pasir dan sulit dikeluarkan. Ia terjebak bersama kudanya dan kesulitan untuk bangun. Merasa dalam kondisi bahaya, Suraqah kemudian meminta Rasulullah untuk membantunya. Para sahabat tentu melarang Rasulullah sebab Suraqah jelas-jelas ingin melakukan hal buruk kepada Rasulullah. Namun apa yang terjadi? Rasulullah justru menyelamatkan Suraqah dan kudanya dari kubangan pasir yang cukup dalam. Dari sini, harusnya kita menyadari bahwa membenci tidaklah akan membawa dampak kebaikan yang berarti. Akan tetapi memaafkan adalah wujud kemanusian dan kemuliaan hati yang hakiki. Seperti halnya jika ada yang menyerbumu dengan fitnah dan keburukan, maka maafkanlah dan doakanlah. Sebab Nabi mengajarkan kita semua untuk gampang memaafkan.
- Bukan kebencian, Rasulullah justru menebarkan kasih sayang ke semua kalangan
Menjadi pemimpin umat yang kesohor tidak serta merta menjadikan Rasulullah tak acuh terhadap lingkungan sekitar. Nabi sejak dulu terkenal dengan sifatnya yang penyayang. Cerita yang mengharukan adalah saat hari raya, Rasulullah bertemu dengan seorang anak yang tengah menangis di pinggir jalan. Rasul kemudian menanyai sebab menangisnya anak tersebut. Rupanya ayahnya telah tiada saat ikut berperang, sedang ibunya telah menikah lagi dan tidak mengurusinya. Ia sedih disaat anak-anak lain begitu bahagia menyambut hari raya, ia justru hidup sebatang kara tanpa ada yang peduli. Rasulullah terharu dan menitikkan air mata. Kemudian ia berkata, “Apakah kamu suka bilamana aku menjadi ayahmu dan Aisyah menjadi ibumu?” Sontak anak itu bahagia bukan kepalang. Iya kemudian mengiyakan dan pulang ke rumah Rasulullah kemudian dimandikan, diberikan baju baru dan dijamu dengan makanan-makanan lezat. Hal ini mengingatkan saya pada fenomena gaduh yang terjadi di tahun 2017 dimana banyak sekali ajakan yang menebar kebencian kesana kemari. Apa untungnya? Rasulullah adalah penebar kasih sayang, sama sekali tidak pernah menebarkan kebencian kepada orang lain. Tidakkah kita lupa terhadap apa-apa yang diteladankan Rasulullah? Jangan-jangan kita lupa cara meneladani Rasul kita sendiri. Maka berhati-hatilah!